Dalam tulisan saya kali ini, saya akan menceritakan tentang PACARAN? Pacaran itu dilarang Allah? Tentu saja iya. Lalu kenapa saya membahas PACARAN? Hmmmmm simak saja tulisan berikut ini.
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
TAK SEGALAU JOMBLO YANG LAIN
Terbersit sebuah pertanyaan dalam fikiranku,
“Kenapa aku nggak punya pacar sih?” Pertanyaan itu yang sering kali membuat aku
malu di depan teman-teman ku. Betapa tidak, di saat temanku yang lain jalan
berdua dengan pacarnya, makan berdua, ke bioskop berdua, ke mana pun diantar
jemput. Udah kaya dunia serasa milik berdua deh. Sedangkan aku, ke mana-mana
sendiri, makan beli sendiri, mau minum angkat galon sendiri. Maklum sih anak
kost. Dan mirisnya, mau nonton ke bioskop pun harus rela nunggu jadwal teman yang
kosong, mereka sibuk sama pacarnya. Pernah suatu kali aku mengajak temanku
untuk nonton film terbaru di bioskop, sebut saja nama temanku adalah Mawar.
“Maaf, minggu ini pacarku mau main ke
kontrakan jadi aku nggak bisa nonton sama kamu.” Itulah jawaban si Mawar yang
bikin aku gigit jari. Lalu dengan geram aku menjerit dalam hati, “Terus aku nonton sama pacar siapa? Pacar
orang? Oh nooooooo.”
Aku adalah seorang jomblowati berusia
duapuluh tahun yang sedang menunggu sang jomblowan yang diutus oleh Allah
untukku. Jangan ditanya berapa lama aku menjomblo, karena jawabannya sangat
mencengangkan. Seokor burung terbang bisa mendadak jatuh bila mendengar
jawabannya, bunga-bunga yang sedang bermekaran di taman bisa mendadak layu dan
ikan yang sedang berenang bisa tenggelam, eh.
“Sekali-kali pasang foto sama pacar dong.”
Komentar seorang temanku di BBM setelah aku memasang fotoku sedang duduk sendirian
di sebuah ayunan, sebut saja nama temanku itu adalah Melati. Wah, komentar ini
saran atau hinaan ya? secara pacar siapa yang akan ku ajak untuk berfoto.
Seandainya ku bilang, “Bolehkah pacarmu ku pinjam untuk berfoto?” pasti saja
dia akan marah bagaikan harimau yang sedang tidur lalu diganggun oleh seekor
kucing.
Aku selalu ingin mendadak pingsan jika
ditanya tentang pacar. Seakan itu adalah pertanyaan mengerikan untukku,
bagaikan di kejar seokor semut raksasa berwarna hitam yang memiliki dua taring
tajam mengkilat dan siap mencabik-cabikku. Tidak hanya itu, semut itu akan
memakanku hidup-hidup jika aku tidak bisa menunjukkan siapa pacarku padanya. Seram!
Jika seperti itu keadaannya, haruskah aku mencari pacar secepatnya? Agaknya itu
hal yang sulit bagiku. Dengan tampang pas-pasan ini tak ada cowok tertarik
padaku. Di era yang super moderen ini semua cowok ingin punya pacar cantik,
keren, kaya dan mempesona. Semua cowok ingin punya pacar yang jago dandan,
pakai bulu mata anti tanah longsor, eyeliner
anti banjir yang diguyur air lima ember pun tidak akan luntur dan berlipstick
merah merona. Pacar yang kalau pakai sepatu tingginya melebihi pohon cemara dan
kalau berjalan aduhai membuat mabuk kepayang. Cowok mana yang tidak ingin punya
pacar kalau pakai baju langsung jadi ternding
topic di seluruh jagat raya. Lalu bagaimana nasibku yang hanya gadis bawang
ini? Ah sepertinya itu hanya prinsip seorang cowok saja. Aku rasa prinsip
seorang pria sejati bukan seperti itu.
Jika ditanya apakah aku pernah pacaran, maka
jawabannya belum pernah sama sekali hingga usiaku berkepala dua saat ini,
menyedihkan sekali bukan? Aku sama sekali belum pernah pacaran sejak lahir.
Namun jika ditanya apakah aku pernah jatuh cinta atau tidak, jawabannya adalah
pernah. Hal itu berlangsung pada saat aku masih menyandang gelar sebagai
seorang siswa SMA. Saat itu aku berkenalan dengan seorang teman laki-laki,
sebut saja namanya Kumbang. Aku berkenalan dengannya saat kami sedang memesan
minuman di kantin sekolah, kebetulan kami memesan minuman yang sama dan minuman
itu hanya tinggal satu gelas karena sudah habis, dia pun mengalah untukku. Si
Kumbang ini adalah sosok seorang siswa yang cerdas, sholeh, baik dan tentunya
agak keren. Kenapa aku bilang agak keren? Karena dia memang tidak terlalu
keren. Perkenalan kami pun berkelanjutan hingga kami sering berkirim pesan.
Kami juga sering bertemu di perpustakaan karena kebetulan kami punya hobi yang
sama, yaitu membaca. Sering kali aku juga menjumpainya di mushola pada pagi
hari, ia meluangkan waktunya untuk sholat dhuha disaat teman yang lain sibuk
bersenda gurau atau jajan di kantin, begitu juga pada waktu sholat dhuhur ia
tak pernah absen. Seketika tumbuh rasa kagumku padanya. Kurasa lebih dari rasa
kagum, mungkin aku jatuh cinta. Namun cinta seorang anak SMA hanyalah cinta
monyet, cinta yang hanya tumbuh sebagai penghias angan-angan saja. Anak SMA
belum mengerti seperti apa itu cinta yang sebenarnya.
Satu tahun kemudian setelah kami lulus, lebih
tepatnya pada tahun 2013.
Hingga kami lulus pun aku masih sering
berkomunikasi dengannya lewat pesan singkat atau tegur sapa melalui facebook.
Kami bekerja di kota yang berbeda sehingga hanya dunia maya yang bisa
mempererat silaturahmi kami. Entah mengapa semakin lama rasa kagum ini semakin
melekat di hati, hingga tak bisa ku sangkal lagi bahwa rasa ini telah berubah
menjadi rasa cinta. Namun aku pun tak pernah bisa mengungkapkan rasa cinta ini
padanya. Biarlah aku menyimpannya hingga tiba saatnya untuk mengungkapkan, saat
Allah telah meridhoi rasa ini terungkap.
Aku pernah melakukan hal yang sangat bodoh
dan menurutku itu adalah suatu kesalahan besar. Pernah suatu ketika teman
kerjaku bertanya padaku mengenai pacar, saat itu aku adalah satu-satunya yang
tak pernah mempublikasikan pacar di depan teman kerja yang lainnya. Aku merasa
sangat malu karena aku tak punya pacar. Tiba-tiba si Kumbang terlintas
dipikiranku, hingga aku berbohong pada mereka bahwa aku sedang berpacaran jarak
jauh dengan seorang cowok bernama si Kumbang yang bekerja di Kalimantan. Saat
itu hubunganku dengan si Kumbang memang hanya sebatas teman namun kami sering
bertukar kabar, ia tak pernah sehari pun tak berkirim pesan untukku. Bisa
dibilang kami sangat dekat dalam hubungan pertemanan, sehingga itu mempermudah
jalanku untuk menciptakan rekayasa yang dapat memperdayai teman-temanku.
Semakin hari kebohongan itu semakin panjang kali lebar kali tinggi. Aku mulai
merasa jengah sendiri dengan kebohongan yang malah membuat perasaan magis
semakin menjalar disetiap sudut hatiku, perasaan yang ku sebut cinta. Namun aku
tetap tak bisa mengungkapkannya pada si Kumbang. Dan jauh di sana si Kumbang
pun tak tahu bahwa di sini aku mengaku sebagai pacarnya. Aku tak tahu peristiwa
apa yang akan menimpaku jika ia tahu. Akankah dia masih menganggapku teman atau
kah ia akan merasa jijik padaku. Aku sempat ingin mengakhiri sandiwara ini,
namun aku sudah berjalan cukup jauh. Membuatku mencptakan kebohongan-kebohongan
yang lain. Dan pada akhirnya kesempatan untuk mengakhiri sandiwara itu pun
datang, saat si Kumbang tak lagi pernah menghubungiku. Entah apa sebabnya
sampai saat ini pun aku tak tahu.
“Kok kamu nggak pernah cerita tentang si
Kumbang lagi sih?” tanya temanku, sebut saja namanya Kamboja.
“Oh aku udah putus.” Jawabku singkat.
“Putus kenapa? Kok bisa sih, cerita dong.”
tanyanya penuh penasaran bak kuli tinta yang sedang mengejar berita seorang
pejabat beristri lima beranak tiga puluh yang korupsi dan memiliki tiga rumah
mewah, sumpah napsu banget nanyanya.
“Males ah, panjang ceritanya. Bisa tiga
minggu lebih tiga hari tiga jam tiga menit tiga detik kalau diceritakan.”
Kelakku. Aku bergegas pergi meninggalkan Kamboja sendiri dengan kekesalan yang
memenuhi kepalanya. Jika bisa dilihat, kepalanya sedang mengeluarkan kepulan
asap hitam ditambah semburan lahar panas.
Namun aku masih merasa bersalah, tetap saja
aku berbohong bahwa kini aku menyandang setatus sebagai mantan pacar si
Kumbang. Aku telah menciptakan suatu kebohongan yang sangat memalukan untuk
diingat. Semua itu karena aku tak ingin malu lantaran tak punya pacar. Bagai
disambar petir aku aku terbangun dari mimpi buruk yang mengerikan. Allah telah
membangunkanku,dimana aku sadar tak ada gunanya membangun sebuah hubungan yang
dinamakan pacaran. Tak ada gunanya berharap punya pacar. Bahkan di dalam agama
yang telah aku yakini sejak lahir pun tak mengindahkan apa itu pacaran. Setidaknya
aku merasa lega tidak akan menciptakan kebohongan lain lagi, karena si Kumbang
pun sudah tak lagi menghubungiku. Biarlah aku menyimpan perasaan ini sendiri.
Ku rasa aku akan sanggup menyimpannya hingga tiba saatnya untuk terungkap.
***
Sore hari di penghujung tahun 2015
Musim penghujan hadir di bulan desember, sore itu
hujan turun begitu derasnya seolah menghapus kebohongan yang telah ku ciptakan.
Membawa pergi pula kenangan mengenai si Kumbang. Aku sudah tak pernah lagi
berkomunikasi dengannya, ku rasa ia sudah punya kehidupan baru yang lebih baik,
mungkin juga bersama orang lain yang jauh lebih baik dariku yang sejak dulu
hanya dianggap teman olehnya.
Ku pandangi wajahku di cermin sambil
sesekali ku benarkan kain jilbabku. “Ada baiknya juga aku tak memiliki wajah
cantik. Tak ada laki-laki yang tertarik padaku hanya karena kecantikanku yang
justru akan menimbulkan dosa untuknya dan tentu saja untukku, yang mana telah membuatnya
berdosa karena tertarik pada kecantikanku.” Lalu ku ambil sebuah bros kecil
berbentuk bunga mawar berwarna pink yang ku sematkan di jilbabku. “Aku tahu
sekarang mengapa aku tak pernah punya pacar sampai sekarang, itu semua karena
Allah sayang padaku, Allah ingin menjagaku dari perbuatan yang tak
disukai-Nya.”
Lalu mengapa aku harus malu lantaran tak
punya pacar. Mengapa pula aku harus bersedih karena tak ada seorang yang
mencintaiku padahal Allah sangat mencintaiku dan menghindarkanku dari perbuatan
yang sangat dibenci-Nya. Tak terasa aku meneteskan air mataku. Betapa malunya
aku, selama ini hanya menyibukkan diri berharap dan berandai-andai memiliki
seorang pacar yang mejagaku, mengantarku ke mana pun aku mau, membawakanku
sekuntum bunga dan menuruti semua yang ku mau. Sedangkan Allah telah menjagaku
dari perbuatan terlarang itu.
Kini semua kembali pada Allah, betapa
cinta-Nya menentramkan. Cinta yang kekal abadi. Cinta yang dapat memuliakan
kita, bukan cinta dua insan yang sedang dimabuk cinta yang mana tengah terjerat
dalam sebuah hubungan mengerikan, yaitu pacaran. Melainkan adalah cinta seorang
hamba yang sedang mengharap perlindungan-Nya, pelukan-Nya serta kasih
sayang-Nya. Mulai saat itu pula, ku tanamkan dalam hati bahwa aku tak akan
pernah lagi berharap punya pacar. Bahkan di saat teman-teman ku semakin dekat
dengan pacarnya, semakin kuat hubungan mereka, namun lagi-lagi ku kuatkan hati
ini untuk tidak salah melompat pada batun yang salah. Atas izin Allah, aku
menlupakan semua keinginan untuk memilikin pacar.
Kuisi hari-hariku dengan mengikuti
kajian-kajian islam, memperdalam hobi membacaku supaya semakin luas pula
pengetahuanku dan tak lupa selalu kuingatkan diriku sendiri untuk teguh pada
pilihanku, yaitu menjadi jomblowati hingga Allah mengutus jomblowan yang
bersedia dan berani menjadikanku kekasihnya di dunia maupun di akirat.
Jomblowan yang berkata, “Want you be my
partner for the afterlife? Want you be a mom to my childs?” sungguh itulah
yang dinamakan pria sejati. Dan tentu saja pria sejati tak akan mencari teman
hidup yang sembarangan. Diibaratkan seorang anak kecil yang cerdas jika diberi
permen maka ia akan memilih permen yang masih terbungkus rapat dari pada permen
yang sudah terbuka bungkusnya dan dikerubuti banyak semut. Semoga aku bisa
menjadi permen yang masih terbungkus itu.
Pernah suatu ketika aku mendengar seorang ustadz di
dalam sebuah majelis yang aku ikuti, ia membacakan sebuah ayat yang menurutku
bisa menyentil ingatanku. Ayat itu memiliki arti, “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” Ayat itu terkandung dalam
Al Qur’an, surat Al Isra ayat 32. Dan ustadz itu juga menjelaskan bahwa pacaran
adalah suatu perbuatan zina, yang mana pelakunya terlibat dalam hubungan tanpa
ikatan yang sah dan setiap berbuatan yang dilakukan adalah haram, meskipun itu
hanya berkirim pesan atau bertatap mata. Lagi-lagi hati ini meronta meminta
pertangungjawaban pemiliknya yang dulu telah menodainya dengan pengharapan
mempunyai seorang pacar. Meskipun hanya harapan, hal itu sungguh membuatku malu
pada Allah yang telah melindungiku dari kegiatan pacaran. Namun aku juga tak
pernah bisa memungkiri bahwa rasa cinta kian tumbuh menjalar di hati, rasa
cinta yang tertuju pada seorang yang tak pernah tahu isi hati ini, seorang yang
kabarnya saja tak ku ketahui. Semoga cinta ini tak membutakan jalanku untuk
tetap melangkah di jalan-Nya. Aku pun berharap cinta ini tertuju pada seorang
yang juga melabuhkan cinta pada-Nya. Biarkan cinta ini tersimpan rapat seperti
cinta Fatimah binti Rasulullah SAW pada sang pria mulia, Ali bin Abi Thalib.
Cinta yang ia simpan begitu rapat hingga setan pun tak tahu dan tak bisa
menghasutnya untuk melakukan hal yang dibenci Allah. Hingga Allah mempersatukan
cinta keduanya dalam ikatan penuh berkah yaitu pernikahan.
Dalam doaku kini aku memohon pada Allah agar
aku dijadikan jomblo mulia yang istiqomah dan senantiasa menjaga hati dari
perbuatan yang di benci-Nya. Jika aku mampu melakukannya dengan keteguhan hati
dan menjadikan setatus jomblo ini menjadi pilihan yang benar dan bukan
semata-mata belum ada cowok yang bersedia meminangku sebagai pacar, sungguh aku
tak akan segalau jomblo yang lainnya. Karena yang ku cari adalah pria sejati
yang bersedia meminangku sebagai istri.
Hingga sampai saat ini, Alhamdulillah aku masih dilindungi Allah dari hal mengerikan yang
disebut pacaran. Semoga aku tetap istiqomah untuk menjadi jomblo karena Allah.
Karena pada dasarnya Allah telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, tak
perlu galau karena di Lauhul Mahfuz semua telah tertulis dan tinggal menunggu
waktunya tiba. Tugasku hanya selalu memperbaiki diri agar tetap dicintai-Nya
dan pada suatu saat nanti akan didatangkan seorang yang juga mencintaiku
karena-Nya.
Mengenai Mawar, Melati, Kumbang dan Kamboja
itu hanya nama samaran saja. Aku tak bisa menulis nama mereka secara
terang-terangan karena aku tak ingin timbul hal-hal yang tidak diinginkan.
Semoga kisah sederhanaku ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca. Aamiin
Ya Rabbal Allamiin.
TIPS MENJADI JOMBLO MULIA :
1. Percaya
bahwa pacaran itu hanya fatamorgana. Karena dalam pacaran semua hanya dilandasi
kebohongan. Bersikap seolah baik saat di depan pacar padahal tabiatnya tak
seperti itu, mencintai pacarnya karena dia cantik/ganteng padahal semua itu
akan hilang seketika dan kasih sayang dalam pacaran hanya akan seumur jagung
dan kasih sayang Allah kekal abadi.
2. Memperbanyak
amalan pada Allah yang akan menghindarkan kita dari hal-hal yang dilarang-Nya.
Contohnya menghadiri majelis, membaca dan mengamalkan Al Qur’an.
3. Memantapkan
hati untuk menjadikan setatus jomblo sebagai pilihan bukan karena kepepet.
Kepepet karena belum ada yang mau, giliran ada yang ngajakin pacaran dengan
mudahnya melepaskan setatus jomblonya dan malah terjerumus untuk menikmati
indahnya dunia pacaran.
4. Tanam
dalam hati dan pikiran bahwa jadi jomblo itu mulia, mulia di hadapan Allah.
Karena kita senantiasa menjaga diri kita dari perbuatan mendekati zina. Coba
kita bayangkan jika suatu saat kita telah menikah dan kita bilang pada pasangan
kita, “Kamu adalah yang pertama dan terakhir karena aku belum pernah pacaran
dengan manusia mana pun sebelum kamu. Dan Allah telah meridhoi kita berpacaran
dalam ikatan halal yaitu pernikahan.” Masya Allah betapa romantisnya kalimat
itu.
5. Senantiasa
berdoa pada Allah agar kita selalu berada dalam lindungan-Nya.